Jadon Sancho Siap Menuju AS Roma dalam Bursa Transfer 2025?

Jadon Sancho

Jadon Sancho Siap Menuju AS Roma dalam Bursa Transfer 2025?

1. Penawaran Resmi dari Roma

AS Roma telah resmi mengajukan tawaran pinjaman untuk winger Manchester United, Jadon Sancho, dengan rencana awal untuk musim 2025/26. Klub ibu kota Italia tersebut menyertakan opsi pembelian dalam proposal mereka, meskipun belum dipastikan apakah opsi ini bersifat wajib atau tidak.

2. Kenapa Roma Tertarik?

Pelatih anyar Roma, Gian Piero Gasperini, secara tak terbantahkan menginginkan kecepatan dan kreativitas di lini serang. Sancho—yang bermain sebagai winger kanan bertipe menyerang—dinilai ideal mengisi slot yang ditinggalkan oleh para pemain tua seperti Stephan El Shaarawy, serta mengakomodasi gaya permainan modern ala Gasperini.

3. Kendala Finansial dan Potensi Kerugian MU

Manchester United dinilai lebih prefer penjualan permanen ketimbang pinjaman, mengingat Sancho memiliki gaji sebesar £250,000 per minggu dan hanya menyisakan satu tahun kontrak. United dilaporkan meminta antara €20–25 juta secara permanen, sehingga menandakan kemungkinan kerugian besar karena Sancho dibeli seharga £73 juta pada 2021.

4. Situasi Sancho di MU Saat Ini

Sancho saat ini tidak masuk dalam rencana pelatih Rúben Amorim, tidak ikut tur pramusim, dan dianggap sebagai bagian dari “Bomb Squad” —sekelompok pemain yang tidak diinginkan dalam rencana tim.


Ringkasan Singkat

Aspek Detail
Klub Peminat AS Roma (ajukan pinjaman dengan opsi beli)
Alasan Roma Butuh winger kanan cepat & kreatif sesuai filosofi Gasperini
Situasi MU Sancho tidak masuk rencana tim, gaji tinggi, kontrak pendek
Permintaan MU Prefer penjualan permanen senilai €20–25 juta
Masalah Gaji besar dapat membebani keuangan Roma

Hantam Indonesia 1–0 dan Rebut Gelar di Final AFF U‑23 (2025)

Tuah Vietnam U23: Hantam Indonesia 1–0 dan Rebut Gelar di Final AFF U‑23 Mandiri Cup 2025

Timnas Vietnam U23 sukses mempertahankan gelarnya usai menundukkan Indonesia U23 1–0 di final ASEAN U‑23 Mandiri Cup 2025, yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta (29 Juli malam WIB).

Gol Penentu dari Nguyễn Công Phương

Gol tunggal kemenangan dicetak oleh Nguyễn Công Phương delapan menit jelang turun minum (menit ke‑37), ketika ia melepaskan volley mematikan hasil bola mati dan sundulan beruntun di kotak penalti Indonesia. Skor bertahan hingga akhir, membawa Vietnam meraih gelar ketiganya secara beruntun.

Jalannya Pertandingan & Sorotan

  • Pertandingan berlangsung ketat dengan ketahanan fisik tinggi; wasit Jepang Koji Takasaki mengeluarkan beberapa kartu kuning karena tekel keras yang terjadi, terutama dari kubu tuan rumah.

  • Penjaga gawang Vietnam, Tran Trung Kien, tampil hebat dengan beberapa penyelamatan krusial di pertengahan babak pertama—menjadi kunci menjaga skor tetap tipis.

  • Indonesia menguasai bola dan mencoba membangun serangan dari throw-in dan sepak pojok. Namun pertahanan Vietnam yang disiplin mampu meredam peluang tersebut.

Rekam Jejak Menuju Final

  • Vietnam lolos ke final dengan kemenangan dramatis 2–1 atas Philippines U23 di semifinal, lalu Indonesia menyingkirkan Thailand U23 lewat drama adu penalti 7–6 setelah imbang 1–1 ekstra waktu.

  • Sebagai juara bertahan tahun 2022 dan 2023, Vietnam kini menyegel gelar ketiga berturut‑turut di turnamen ini.

Evaluasi & Arti Kekalahan untuk Indonesia

  • Indonesia tampil penuh semangat sebagai tuan rumah, dengan dukungan suporter 35.000 penonton. Namun tekanan fisik dan manajemen agresi mempengaruhi konsentrasi tim.

  • Sudah mencapai final dua kali beruntun memberikan pengalaman penting bagi tim muda pelatih Gerald Vanenburg dalam membangun fondasi jangka panjang.

Kesimpulan

Gelar kembali ke tangan Vietnam setelah kemenangan tipis 1–0 atas Indonesia di Jakarta. Meskipun tuan rumah tampil gigih dan penuh energi, disiplin pertahanan dan gol kualitas dari Nguyễn Công Phương jadi pembeda. Vietnam kukuhkan dominasi U23 ASEAN, sementara Indonesia harus mengevaluasi mentalitas juang dan ketajaman ofensif untuk persiapan kompetisi mendatang.

PSG vs Real Madrid: Perang Taktik di Semifinal (2025)

PSG vs Real Madrid: Perang Taktik di Semifinal Club World Cup 2025

Duel Paris Saint‑Germain melawan Real Madrid di semifinal FIFA Club World Cup 2025 menjadi salah satu laga paling ditunggu musim ini. Berikut gambaran lengkap jelang pertandingan di MetLife Stadium, 9 Juli 2025:

Momentum dan Performa Terakhir

  • PSG tampil meyakinkan usai juara Champions League, dengan 9 kemenangan dalam 10 laga terakhir, dan hanya kemasukan 1 gol dalam 7 pertandingan terakhir turnamen.

  • Real Madrid tetap kuat: tanpa kekalahan sejauh ini, dengan kemenangan atas Pachuca, Salzburg, Juventus, hingga perebutan dramatis 3–2 lawan Dortmund.

Pemain Absen Kunci

  • PSG kehilangan bek utama Willian Pacho dan Lucas Hernandez karena kartu merah di kwartal sebelumnya.

  • Real Madrid juga tanpa Dean Huijsen yang diskors usai kartu merah lawan Dortmund.

Taktik & Line‑Up Kunci

  • Luis Enrique diprediksi tetap bermain agresif meski tanpa dua bek kiri, mengandalkan formasi rapat dan kecepatan Dembélé, Hakimi, serta ancaman dari Mbappé, jika fit.

  • Sementara Xabi Alonso tetap percaya pada formasi 3‑5‑2 dengan wing‑backs, memaksimalkan mobilitas tengah lapangan oleh Bellingham, Valverde, dan potensi kejutan dari García .

Statistik Menarik

  • PSG belum kebobolan di semifinal dan menciptakan 12 gol dari 4 laga, mencerminkan efisiensi serta kekokohan karakter tim.

  • Real Madrid sukses menjaga rekor tak terkalahkan di turnamen ini, termasuk comeback dramatis vs Dortmund – menunjukkan mental juara .

  • Berdasarkan statistik IFFHS, Madrid membawa rekor 23 kemenangan tanpa kalah di pertandingan gugur antarklub sejak 2000.

Prediksi Kunci & Faktor Penentu

  1. Siapa mengontrol tempo – PSG dengan pressing tinggi atau Madrid dengan penguasaan bola?

  2. Sebelum Mbappé comeback pada laga ini?

  3. Lini belakang PSG diuji tanpa Pacho dan Hernandez; Madrid unggul jika bisa memaksimalkan situasi tersebut.

  4. Kejutan dari akademi: apakah Alonso memberi kepercayaan penuh untuk García sebagai starter?

Kesimpulan

Semifinal PSG vs Real Madrid bukan sekadar laga; ini benturan ide: agresivitas serangan ala Luis Enrique vs penguasaan bola taktis ala Alonso. Meski PSG sedikit diunggulkan secara performa, rekor knockout Madrid sangat melekat. Pemenang laga ini kemungkinan besar menjulang sebagai favorit juara dunia.

Kekalahan Telak Chelsea: Flamengo Cukur 3–1 (2025)

Kekalahan Telak Chelsea: Flamengo Cukur 3–1 dan Julian Memburukkan Rekam Jejak Blues

Chelsea mengalami malam yang mengecewakan setelah tumbang 1–3 dari Flamengo dalam laga kedua Grup D FIFA Club World Cup 2025 di Philadelphia. Meskipun sempat unggul di babak pertama, The Blues akhirnya harus menyerah karena tekanan balik tajam dari klub Brasil.

Gol Cepat Chelsea Belum Menjamin Keamanan

Chelsea unggul lebih dulu lewat gol Pedro Neto menit ke-13 memanfaatkan kesalahan pemain belakang Flamengo. Gol ini sempat memberi optimisme, tetapi itu terbukti sebagai harapan palsu—Flamengo membalas dengan tiga gol dalam tempo singkat di babak kedua.

Balik Meledak Babak Kedua

  • Bruno Henrique menyamakan skor di menit 62 setelah menerima bola di kotak penalti.

  • Tidak berselang lama, Danilo membawa Flamengo berbalik memimpin dengan tandukan dari situasi set-piece.

  • Kekacauan Chelsea semakin parah ketika Nicolas Jackson diganjar kartu merah langsung pada debutnya—ingat, ini terjadi hanya beberapa menit setelah ia masuk lapangan.

  • Wallace Yan menegaskan kemenangan Flamengo dengan gol penutup di menit 83, mengunci skor 3–1.

Masalah Chelsea Tak Hanya Skor

  • Pemecahan pressing dan ritme permainan membuat lini tengah Chelsea rapuh.

  • Red card Jackson mencerminkan masalah disiplin, mengurangi kekuatan saat tekanan tinggi.

  • Momen kritis terjadi saat tim gagal memanfaatkan superioritas penguasaan bola mereka (~75%)—tapi menghasilkan peluang minim dan menghadapi defensif dari Flamengo yang tak kenal kewalahan.

Efek Kekalahan

  • Flamengo kini memimpin Grup D dengan 6 poin dari dua laga, melangkah mantap ke fase gugur.

  • Chelsea berada di posisi kedua dengan 3 poin dan wajib menang lawan Espérance jika ingin lolos.

  • Kekalahan ini menjadi alarm bagi Enzo Maresca dan timnya untuk segera mengevaluasi taktik, mental, dan kedalaman skuad menjelang fase krusial.

Ringkasan

Kemenangan ini menandakan bukan hanya kekalahan angka, tapi juga simbol melemahnya dominasi tim Eropa di pentas antar-klub. Flamengo memukau lewat disiplin taktis dan transisi cepat—membalikkan keadaan dengan status “angin surga” di AS.

Luis Enrique Ukir Sejarah: Dua Kali Treble dalam 10 Tahun (2025)

Luis Enrique Ukir Sejarah: Dua Kali Treble dalam 10 Tahun, Kini Antar PSG Juara Liga Champions Pertama Kalinya

Sepak bola Eropa kembali mencatat nama besar dalam lembar sejarah: Luis Enrique. Setelah sebelumnya sukses meraih treble bersama Barcelona, kini sang pelatih kembali mengukir prestasi gemilang dengan membawa Paris Saint-Germain (PSG) meraih treble winner dalam musim luar biasa ini—termasuk trofi Liga Champions pertama sepanjang sejarah klub.

Dua Treble dalam Satu Dekade: Pencapaian Langka

Tidak banyak pelatih yang mampu meraih treble winner dalam kariernya, apalagi dua kali dalam rentang waktu sepuluh tahun. Luis Enrique kini masuk dalam daftar elite pelatih yang berhasil menyapu bersih tiga gelar utama dalam satu musim—liga domestik, piala domestik, dan Liga Champions—dengan dua klub berbeda.

Pertama, ia melakukannya bersama Barcelona pada tahun 2015. Kini, ia mengulang kejayaan itu bersama PSG di musim penuh tekanan, ekspektasi tinggi, dan kompetisi yang semakin kompetitif.

PSG Juara Liga Champions untuk Pertama Kalinya

Bersama Luis Enrique, PSG akhirnya menghapus kutukan panjang di pentas Eropa. Setelah bertahun-tahun gagal di momen krusial, musim ini menjadi titik balik. Di bawah arahan pelatih asal Spanyol itu, PSG tampil jauh lebih taktis, sabar, dan tajam di lini depan.

Kemenangan di final menandai pencapaian bersejarah: trofi Liga Champions pertama untuk klub asal Paris ini. Dan Luis Enrique menjadi arsitek yang membuka pintu kejayaan tersebut.

Gaya Bermain yang Efisien dan Modern

Salah satu kunci sukses PSG musim ini adalah perubahan gaya bermain yang diterapkan Enrique. Ia membawa pendekatan taktis yang lebih fleksibel, tidak terlalu bergantung pada individu, dan menekankan kolektivitas tim.

PSG tampil dominan dalam penguasaan bola, disiplin saat bertahan, dan efisien dalam penyelesaian akhir. Formasi dinamis dan rotasi pemain yang cermat juga membuat tim tetap segar sepanjang musim, meski harus bersaing di berbagai kompetisi.

Kemenangan yang Menegaskan Kapasitas Enrique

Musim ini bukan hanya soal trofi, tapi soal pembuktian. Luis Enrique membungkam kritik, membuktikan bahwa ia bukan hanya sukses karena skuad hebat di Barcelona dulu, melainkan pelatih yang memiliki strategi, visi, dan kepemimpinan tingkat tinggi.

Mengelola PSG yang penuh tekanan, ego besar, dan harapan tak terbatas bukan perkara mudah. Tapi Enrique berhasil menyatukan ruang ganti, memaksimalkan potensi tim, dan menciptakan keseimbangan antara bertahan dan menyerang.

Penutup

Dengan dua kali meraih treble winner dalam 10 tahun, dan mengantar PSG meraih trofi Liga Champions pertama mereka, Luis Enrique kini layak disebut salah satu pelatih terbaik era modern. Kepemimpinannya yang tenang, pendekatan taktis yang matang, dan kemampuan membangun tim menjadi kunci keberhasilan luar biasa musim ini. Era baru PSG telah dimulai—dan di balik itu, ada sosok visioner bernama Luis Enrique.

Bologna Kalahkan AC Milan 1-0 di Final Coppa Italia 2025

Bologna Kalahkan AC Milan 1-0 di Final Coppa Italia 2025: Sejarah Terukir Setelah 51 Tahun

Final Coppa Italia 2025 menjadi momen bersejarah bagi klub asal Emilia-Romagna, Bologna FC, setelah mereka mengalahkan AC Milan dengan skor tipis 1-0 pada Rabu, 14 Mei 2025. Kemenangan ini menjadi gelar Coppa Italia pertama bagi Bologna sejak tahun 1974—mengakhiri puasa trofi selama lebih dari lima dekade.

Jalannya Pertandingan AC Milan vs Bologna

Pertandingan yang berlangsung di Stadio Olimpico, Roma, berlangsung sengit sejak menit awal. AC Milan, yang sebelumnya diunggulkan berkat performa solid di Serie A dan kemenangan di Supercoppa Italiana 2025, tampak percaya diri menguasai bola. Namun, Bologna tampil disiplin dan memiliki rencana permainan yang rapi di bawah asuhan pelatih Thiago Motta.

Meski Milan sempat mengancam lewat kombinasi Christian Pulisic, Rafael Leão, dan Olivier Giroud, pertahanan Bologna tampil kokoh, dipimpin oleh Jhon Lucumí dan kiper Łukasz Skorupski yang tampil gemilang sepanjang laga.

Gol semata wayang lahir di menit ke-53. Bermula dari aksi Riccardo Orsolini di sisi kanan, bola sempat mengenai tekel dari bek Milan, Theo Hernandez, namun bola muntah langsung disambar oleh Dan Ndoye yang tanpa ampun menghantam bola ke sudut gawang Milan. Skor 1-0 bertahan hingga peluit akhir.

Kemenangan Bersejarah untuk Bologna

Dengan kemenangan ini, Bologna meraih gelar Coppa Italia ketiga sepanjang sejarah klub, setelah sebelumnya meraihnya pada tahun 1970 dan 1974. Gelar ini sangat spesial karena mereka berhasil menumbangkan raksasa seperti AC Milan di partai final dan menunjukkan konsistensi permainan sejak awal musim kompetisi.

Salah satu pahlawan Bologna dalam laga ini adalah Dan Ndoye, penyerang asal Swiss yang mencetak gol penentu kemenangan. Selain itu, kapten tim Lewis Ferguson juga mendapat sorotan karena tampil luar biasa meskipun mengalami cedera wajah di babak semifinal.

Pelatih Thiago Motta pun mendapat banyak pujian atas strateginya yang cerdas. Ia berhasil meramu kombinasi pemain muda dan senior menjadi kekuatan baru di Serie A musim ini. Kesuksesan ini juga menempatkan nama Motta sebagai kandidat kuat pelatih baru untuk beberapa klub top Eropa.

Kekalahan Menyakitkan Bagi AC Milan

Di sisi lain, kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi AC Milan, yang berharap menutup musim dengan tambahan gelar. Pelatih Stefano Pioli tampaknya kesulitan menemukan celah dalam pertahanan Bologna. Beberapa pergantian pemain di babak kedua, seperti masuknya Samuel Chukwueze dan Noah Okafor, tidak memberikan dampak yang signifikan.

Christian Pulisic, yang digadang-gadang jadi pemain kunci Milan, tampak tidak tampil maksimal di laga ini. Kritik pun mengarah pada lini tengah Milan yang dinilai kehilangan kontrol setelah tertinggal satu gol.

Dengan hasil ini, Milan juga terancam gagal lolos ke Liga Champions musim depan jika tidak mengamankan posisi empat besar di Serie A, yang menambah tekanan pada manajemen dan pelatih.

Statistik Pertandingan AC Milan vs Bologna

Berikut beberapa statistik kunci dari pertandingan final Coppa Italia 2025:

  • Penguasaan bola: AC Milan 61% – Bologna 39%

  • Tembakan ke gawang: AC Milan 3 – Bologna 4

  • Pelanggaran: AC Milan 12 – Bologna 15

  • Kartu kuning: AC Milan 2 – Bologna 3

  • Gol: Dan Ndoye (53’)

Reaksi dan Komentar Pasca Pertandingan

Usai pertandingan, suasana di ruang ganti Bologna penuh dengan euforia. Para pemain merayakan kemenangan bersama suporter yang memenuhi tribun selatan Stadio Olimpico.

Dalam wawancara pasca pertandingan, Thiago Motta mengatakan:

“Ini bukan hanya kemenangan untuk tim, tetapi juga untuk kota Bologna. Kami telah bekerja keras sepanjang musim dan malam ini adalah hasil dari semua kerja keras itu.”

Sementara itu, pelatih AC Milan, Stefano Pioli, mengaku kecewa namun tetap memberikan kredit kepada lawannya:

“Kami gagal mengeksekusi rencana dengan baik. Bologna tampil luar biasa dan mereka pantas menang malam ini.”

Implikasi Kemenangan Ini untuk Bologna

Selain meraih trofi, kemenangan ini juga memastikan Bologna lolos ke kompetisi Eropa musim depan, yakni UEFA Europa League. Ini menjadi pencapaian luar biasa mengingat status mereka sebagai tim non-unggulan di awal musim.

Secara finansial, Bologna juga akan mendapat suntikan dana dari UEFA serta peningkatan nilai pasar pemainnya. Beberapa nama seperti Dan Ndoye, Ferguson, dan Orsolini diprediksi akan menjadi incaran klub-klub besar di bursa transfer musim panas 2025.

Apa Selanjutnya untuk Kedua Klub?

Bologna kini akan menatap akhir musim Serie A dengan kepercayaan diri tinggi. Dengan satu gelar di tangan, mereka berpotensi menyelesaikan musim di posisi 5 besar jika terus konsisten.

Sementara itu, AC Milan harus segera bangkit dan fokus pada sisa pertandingan di Serie A. Kekalahan ini juga menimbulkan spekulasi soal masa depan Stefano Pioli sebagai pelatih utama. Beberapa laporan menyebut bahwa Milan sedang mempertimbangkan perubahan di kursi kepelatihan untuk musim depan.

Italia Terancam Kehilangan Kuota Kelima Liga Champions

Kofpplayers.com – Italia Terancam Kehilangan Kuota Kelima Liga Champions. Setelah gagal di babak play-off kompetisi Eropa pekan ini, Italia turun ke peringkat ketiga UEFA, di bawah Inggris dan Spanyol.

Atalanta dan AC Milan kalah dalam Liga Champions. La Dea kalah dari Club Brugge 1-2, dan AC Milan kalah dari Feyenoord 0-1.

Juventus memiliki satu-satunya kemenangan ketika mereka mengalahkan PSV Eindhoven 2-1. Di sisi lain, Roma hanya bermain imbang 1-1 melawan FC Porto di Liga Europa.

Laporan Football Italia menyatakan bahwa hasil ini akan sangat memengaruhi peringkat UEFA 2024/2025, yang akan menentukan satu tempat tambahan di Liga Champions musim depan. Italia sekarang tertinggal dari Spanyol, yang mendapatkan lebih banyak poin pekan ini.

Peringkat UEFA 2024/2025

Inggris saat ini masih memimpin peringkat dengan total koefisien 20,892 poin. Spanyol naik ke posisi kedua dengan 18,035 poin, menyalip Italia yang saat ini memiliki 17,687 poin.

Jerman berada di peringkat keempat dengan selisih tipis dengan 15,421 poin, sedangkan Portugal berada di peringkat kelima dengan 15,350 poin. Prancis berada di peringkat keenam dengan 14,214 poin.

Italia harus segera memperbaiki kinerja timnya di Liga Eropa karena peraturan UEFA menyatakan bahwa dua negara dengan peringkat koefisien tertinggi musim ini akan menerima jatah tambahan untuk bermain di Liga Champions musim depan.

Peluang Italia di Leg Kedua

Meskipun hasil di leg pertama tidak memuaskan, Italia masih memiliki peluang untuk bangkit di leg kedua pekan depan.

Italia dapat kembali bersaing dengan Spanyol dalam peringkat UEFA jika Milan dan Atalanta mampu membalikkan keadaan dan Juventus dan Roma terus berkembang.

Hasil dari leg kedua nanti akan sangat penting untuk menentukan apakah Italia dapat kembali menempati posisi kedua di belakang Spanyol dan mendapatkan tiket tambahan untuk musim depan di Liga Champions.