Luis Enrique Ukir Sejarah: Dua Kali Treble dalam 10 Tahun (2025)

Luis Enrique Ukir Sejarah: Dua Kali Treble dalam 10 Tahun

Luis Enrique Ukir Sejarah: Dua Kali Treble dalam 10 Tahun, Kini Antar PSG Juara Liga Champions Pertama Kalinya

Sepak bola Eropa kembali mencatat nama besar dalam lembar sejarah: Luis Enrique. Setelah sebelumnya sukses meraih treble bersama Barcelona, kini sang pelatih kembali mengukir prestasi gemilang dengan membawa Paris Saint-Germain (PSG) meraih treble winner dalam musim luar biasa ini—termasuk trofi Liga Champions pertama sepanjang sejarah klub.

Dua Treble dalam Satu Dekade: Pencapaian Langka

Tidak banyak pelatih yang mampu meraih treble winner dalam kariernya, apalagi dua kali dalam rentang waktu sepuluh tahun. Luis Enrique kini masuk dalam daftar elite pelatih yang berhasil menyapu bersih tiga gelar utama dalam satu musim—liga domestik, piala domestik, dan Liga Champions—dengan dua klub berbeda.

Pertama, ia melakukannya bersama Barcelona pada tahun 2015. Kini, ia mengulang kejayaan itu bersama PSG di musim penuh tekanan, ekspektasi tinggi, dan kompetisi yang semakin kompetitif.

PSG Juara Liga Champions untuk Pertama Kalinya

Bersama Luis Enrique, PSG akhirnya menghapus kutukan panjang di pentas Eropa. Setelah bertahun-tahun gagal di momen krusial, musim ini menjadi titik balik. Di bawah arahan pelatih asal Spanyol itu, PSG tampil jauh lebih taktis, sabar, dan tajam di lini depan.

Kemenangan di final menandai pencapaian bersejarah: trofi Liga Champions pertama untuk klub asal Paris ini. Dan Luis Enrique menjadi arsitek yang membuka pintu kejayaan tersebut.

Gaya Bermain yang Efisien dan Modern

Salah satu kunci sukses PSG musim ini adalah perubahan gaya bermain yang diterapkan Enrique. Ia membawa pendekatan taktis yang lebih fleksibel, tidak terlalu bergantung pada individu, dan menekankan kolektivitas tim.

PSG tampil dominan dalam penguasaan bola, disiplin saat bertahan, dan efisien dalam penyelesaian akhir. Formasi dinamis dan rotasi pemain yang cermat juga membuat tim tetap segar sepanjang musim, meski harus bersaing di berbagai kompetisi.

Kemenangan yang Menegaskan Kapasitas Enrique

Musim ini bukan hanya soal trofi, tapi soal pembuktian. Luis Enrique membungkam kritik, membuktikan bahwa ia bukan hanya sukses karena skuad hebat di Barcelona dulu, melainkan pelatih yang memiliki strategi, visi, dan kepemimpinan tingkat tinggi.

Mengelola PSG yang penuh tekanan, ego besar, dan harapan tak terbatas bukan perkara mudah. Tapi Enrique berhasil menyatukan ruang ganti, memaksimalkan potensi tim, dan menciptakan keseimbangan antara bertahan dan menyerang.

Penutup

Dengan dua kali meraih treble winner dalam 10 tahun, dan mengantar PSG meraih trofi Liga Champions pertama mereka, Luis Enrique kini layak disebut salah satu pelatih terbaik era modern. Kepemimpinannya yang tenang, pendekatan taktis yang matang, dan kemampuan membangun tim menjadi kunci keberhasilan luar biasa musim ini. Era baru PSG telah dimulai—dan di balik itu, ada sosok visioner bernama Luis Enrique.

Bologna Kalahkan AC Milan 1-0 di Final Coppa Italia 2025

Bologna Kalahkan AC Milan 1-0 di Final Coppa Italia 2025: Sejarah Terukir Setelah 51 Tahun

Final Coppa Italia 2025 menjadi momen bersejarah bagi klub asal Emilia-Romagna, Bologna FC, setelah mereka mengalahkan AC Milan dengan skor tipis 1-0 pada Rabu, 14 Mei 2025. Kemenangan ini menjadi gelar Coppa Italia pertama bagi Bologna sejak tahun 1974—mengakhiri puasa trofi selama lebih dari lima dekade.

Jalannya Pertandingan AC Milan vs Bologna

Pertandingan yang berlangsung di Stadio Olimpico, Roma, berlangsung sengit sejak menit awal. AC Milan, yang sebelumnya diunggulkan berkat performa solid di Serie A dan kemenangan di Supercoppa Italiana 2025, tampak percaya diri menguasai bola. Namun, Bologna tampil disiplin dan memiliki rencana permainan yang rapi di bawah asuhan pelatih Thiago Motta.

Meski Milan sempat mengancam lewat kombinasi Christian Pulisic, Rafael Leão, dan Olivier Giroud, pertahanan Bologna tampil kokoh, dipimpin oleh Jhon Lucumí dan kiper Łukasz Skorupski yang tampil gemilang sepanjang laga.

Gol semata wayang lahir di menit ke-53. Bermula dari aksi Riccardo Orsolini di sisi kanan, bola sempat mengenai tekel dari bek Milan, Theo Hernandez, namun bola muntah langsung disambar oleh Dan Ndoye yang tanpa ampun menghantam bola ke sudut gawang Milan. Skor 1-0 bertahan hingga peluit akhir.

Kemenangan Bersejarah untuk Bologna

Dengan kemenangan ini, Bologna meraih gelar Coppa Italia ketiga sepanjang sejarah klub, setelah sebelumnya meraihnya pada tahun 1970 dan 1974. Gelar ini sangat spesial karena mereka berhasil menumbangkan raksasa seperti AC Milan di partai final dan menunjukkan konsistensi permainan sejak awal musim kompetisi.

Salah satu pahlawan Bologna dalam laga ini adalah Dan Ndoye, penyerang asal Swiss yang mencetak gol penentu kemenangan. Selain itu, kapten tim Lewis Ferguson juga mendapat sorotan karena tampil luar biasa meskipun mengalami cedera wajah di babak semifinal.

Pelatih Thiago Motta pun mendapat banyak pujian atas strateginya yang cerdas. Ia berhasil meramu kombinasi pemain muda dan senior menjadi kekuatan baru di Serie A musim ini. Kesuksesan ini juga menempatkan nama Motta sebagai kandidat kuat pelatih baru untuk beberapa klub top Eropa.

Kekalahan Menyakitkan Bagi AC Milan

Di sisi lain, kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi AC Milan, yang berharap menutup musim dengan tambahan gelar. Pelatih Stefano Pioli tampaknya kesulitan menemukan celah dalam pertahanan Bologna. Beberapa pergantian pemain di babak kedua, seperti masuknya Samuel Chukwueze dan Noah Okafor, tidak memberikan dampak yang signifikan.

Christian Pulisic, yang digadang-gadang jadi pemain kunci Milan, tampak tidak tampil maksimal di laga ini. Kritik pun mengarah pada lini tengah Milan yang dinilai kehilangan kontrol setelah tertinggal satu gol.

Dengan hasil ini, Milan juga terancam gagal lolos ke Liga Champions musim depan jika tidak mengamankan posisi empat besar di Serie A, yang menambah tekanan pada manajemen dan pelatih.

Statistik Pertandingan AC Milan vs Bologna

Berikut beberapa statistik kunci dari pertandingan final Coppa Italia 2025:

  • Penguasaan bola: AC Milan 61% – Bologna 39%

  • Tembakan ke gawang: AC Milan 3 – Bologna 4

  • Pelanggaran: AC Milan 12 – Bologna 15

  • Kartu kuning: AC Milan 2 – Bologna 3

  • Gol: Dan Ndoye (53’)

Reaksi dan Komentar Pasca Pertandingan

Usai pertandingan, suasana di ruang ganti Bologna penuh dengan euforia. Para pemain merayakan kemenangan bersama suporter yang memenuhi tribun selatan Stadio Olimpico.

Dalam wawancara pasca pertandingan, Thiago Motta mengatakan:

“Ini bukan hanya kemenangan untuk tim, tetapi juga untuk kota Bologna. Kami telah bekerja keras sepanjang musim dan malam ini adalah hasil dari semua kerja keras itu.”

Sementara itu, pelatih AC Milan, Stefano Pioli, mengaku kecewa namun tetap memberikan kredit kepada lawannya:

“Kami gagal mengeksekusi rencana dengan baik. Bologna tampil luar biasa dan mereka pantas menang malam ini.”

Implikasi Kemenangan Ini untuk Bologna

Selain meraih trofi, kemenangan ini juga memastikan Bologna lolos ke kompetisi Eropa musim depan, yakni UEFA Europa League. Ini menjadi pencapaian luar biasa mengingat status mereka sebagai tim non-unggulan di awal musim.

Secara finansial, Bologna juga akan mendapat suntikan dana dari UEFA serta peningkatan nilai pasar pemainnya. Beberapa nama seperti Dan Ndoye, Ferguson, dan Orsolini diprediksi akan menjadi incaran klub-klub besar di bursa transfer musim panas 2025.

Apa Selanjutnya untuk Kedua Klub?

Bologna kini akan menatap akhir musim Serie A dengan kepercayaan diri tinggi. Dengan satu gelar di tangan, mereka berpotensi menyelesaikan musim di posisi 5 besar jika terus konsisten.

Sementara itu, AC Milan harus segera bangkit dan fokus pada sisa pertandingan di Serie A. Kekalahan ini juga menimbulkan spekulasi soal masa depan Stefano Pioli sebagai pelatih utama. Beberapa laporan menyebut bahwa Milan sedang mempertimbangkan perubahan di kursi kepelatihan untuk musim depan.

Italia Terancam Kehilangan Kuota Kelima Liga Champions

Kofpplayers.com – Italia Terancam Kehilangan Kuota Kelima Liga Champions. Setelah gagal di babak play-off kompetisi Eropa pekan ini, Italia turun ke peringkat ketiga UEFA, di bawah Inggris dan Spanyol.

Atalanta dan AC Milan kalah dalam Liga Champions. La Dea kalah dari Club Brugge 1-2, dan AC Milan kalah dari Feyenoord 0-1.

Juventus memiliki satu-satunya kemenangan ketika mereka mengalahkan PSV Eindhoven 2-1. Di sisi lain, Roma hanya bermain imbang 1-1 melawan FC Porto di Liga Europa.

Laporan Football Italia menyatakan bahwa hasil ini akan sangat memengaruhi peringkat UEFA 2024/2025, yang akan menentukan satu tempat tambahan di Liga Champions musim depan. Italia sekarang tertinggal dari Spanyol, yang mendapatkan lebih banyak poin pekan ini.

Peringkat UEFA 2024/2025

Inggris saat ini masih memimpin peringkat dengan total koefisien 20,892 poin. Spanyol naik ke posisi kedua dengan 18,035 poin, menyalip Italia yang saat ini memiliki 17,687 poin.

Jerman berada di peringkat keempat dengan selisih tipis dengan 15,421 poin, sedangkan Portugal berada di peringkat kelima dengan 15,350 poin. Prancis berada di peringkat keenam dengan 14,214 poin.

Italia harus segera memperbaiki kinerja timnya di Liga Eropa karena peraturan UEFA menyatakan bahwa dua negara dengan peringkat koefisien tertinggi musim ini akan menerima jatah tambahan untuk bermain di Liga Champions musim depan.

Peluang Italia di Leg Kedua

Meskipun hasil di leg pertama tidak memuaskan, Italia masih memiliki peluang untuk bangkit di leg kedua pekan depan.

Italia dapat kembali bersaing dengan Spanyol dalam peringkat UEFA jika Milan dan Atalanta mampu membalikkan keadaan dan Juventus dan Roma terus berkembang.

Hasil dari leg kedua nanti akan sangat penting untuk menentukan apakah Italia dapat kembali menempati posisi kedua di belakang Spanyol dan mendapatkan tiket tambahan untuk musim depan di Liga Champions.